Rabu, 02 Januari 2013

✿✿✿Kisah Indah✿✿✿


Bismillahirrohmanirrohimm ..

Assalamualaikum sahabat blogger semuanya. Syukur Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk tetap update diblog sederhana ini. Semoga tulisan – tulisan yang dimuat disini bisa bermanfaat bagi semuanya khususnya saya sendiri dan sahabat – sahabat yang membacanya aamiin ^_^.

Oyah kali ini kisah kesabaran sepasang suami istri yang selalu sabar hidup dalam sebuah kesederhanaan, yang lebih mementingkan orang lain daripada untuk dirinya sendiri. Serta dengan ketulusan cinta karena Allah SWT. Yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Sepasang suami istri yang cocok untuk dijadikan tauladan. Ambillah tauladan atau idola yang baik bukan yang sebaliknya. ^_^ Rasulullah SAW salah satunya tauladan yang terbaik, serta para sahabat yang lainnya.


✿✿✿Kisah Indah✿✿✿



Ada sebuah kisah yang menakjubkan yaitu pada zaman Nabi Muhammad S.AW.
kisah ini terjadi di kehidupan rumah tangga Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah.

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang ashar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.


Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.

Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita."

Subhanallah...
Bukan dengan banyaknya materi sebuah kehidupan menjadi tenang dan indah, tetapi dengan kesederhanaan yaitu dengan sebuah cinta yang tulus ikhlas karena Allah-lah yang membuat kehidupan ini menjadi lebih indah...
Keindahan itu bukan dari harta dan kemewahan hidup. Tapi keindahan itu berasal dari kesederhanaan J

Nah sahabat blogger, semoga kisah ini bisa menginspirasi, bermanfaat khususnya untukku, untukmu dan untuk semua aamiin J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar