Bismillahirrohmanirrohimm ..
Assalamualaikum sahabat blogger semuanya.
Syukur Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk tetap update diblog
sederhana ini. Semoga tulisan – tulisan yang dimuat disini bisa bermanfaat bagi
semuanya khususnya saya sendiri dan sahabat – sahabat yang membacanya aamiin
^_^.
Oyah kali ini kisah kesabaran sepasang suami
istri yang selalu sabar hidup dalam sebuah kesederhanaan, yang lebih
mementingkan orang lain daripada untuk dirinya sendiri. Serta dengan ketulusan
cinta karena Allah SWT. Yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Sepasang
suami istri yang cocok untuk dijadikan tauladan. Ambillah tauladan atau idola
yang baik bukan yang sebaliknya. ^_^ Rasulullah SAW salah satunya tauladan yang
terbaik, serta para sahabat yang lainnya.
✿✿✿Kisah
Indah✿✿✿
Ada sebuah kisah yang menakjubkan yaitu pada
zaman Nabi Muhammad S.AW.
kisah ini terjadi di kehidupan rumah tangga
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah.
Tidak
seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang ashar.
Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk
mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana
keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada
Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun."
Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak
duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala."
"Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu
tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah
tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.
Ali lalu
berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari
sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda,
betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan.
"Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya
sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku
belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang
ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya
dari orang itu sebanyak 30 dinar.
Tentu saja
Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali
menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak
pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.
Ali pun
bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang
fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana
Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di
perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada
orang itu.
Pada waktu
ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali
menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum,
berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya
saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada
bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk
kita."
Subhanallah...
Bukan dengan banyaknya materi sebuah
kehidupan menjadi tenang dan indah, tetapi dengan kesederhanaan yaitu dengan
sebuah cinta yang tulus ikhlas karena Allah-lah yang membuat kehidupan ini
menjadi lebih indah...
Keindahan itu bukan dari harta dan kemewahan
hidup. Tapi keindahan itu berasal dari kesederhanaan J
Nah sahabat blogger, semoga kisah ini bisa
menginspirasi, bermanfaat khususnya untukku, untukmu dan untuk semua aamiin J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar