Bismillahirrahmanirrahimm ..
Alhamdulillah wa syukurilah masih
bisa memposting tulisan – tulisan di blog ini. Bagaimana kabarmu sahabat ?
semoga selalu ada dalam keadaan sehat wal’afiat .. aamiin.. Terima kasih untuk
sahabat – sahabat yang rela luangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini ^^
Kali ini saya bakal posting tentang
kisah – kisah para shahabiyah pada zaman rasululloh SAW yang selalu membuat
saya tergugah dari ketaqwaan pada Allah, bagaimana ketaatan dalam mengikuti
Rasululloh dari ketegaran dan kesholehah’annya. Karena itulah para wanita –
wanita syurga ini patut untuk jadi tauladan khususnya untuk para muslimah saat
ini… ^^ Untuk lebih jelasnya silahkan simak kisahnya ..
*♥*Kisah Hafshah binti ‘Umar radhiallaahu ‘anha*♥*
Beliau adalah Hafsah putri dari Umar
bin Khaththab, seorang shahabat agung yang melalui perantara beliau-lah Islam
memiliki wibawa. Hafshah adalah seorang wanita yang masih muda dan berparas
cantik, bertaqwa dan wanita yang disegani.
Pada mulanya beliau dinikahi salah
seorang shahabat yang mulia bernama Khunais bin Khudzafah bin Qais As-Sahmi
Al-Quraisy yang pernah berhijrah dua kali, ikut dalam perang Badar dan perang
Uhud namun setelah itu beliau wafat di negeri hijrah karena sakit yang beliau
alami waktu perang Uhud. Beliau meninggalkan seorang janda yang masih muda dan
bertaqwa yakni Hafshoh yang ketika itu masih berumur 18 tahun.
Umar benar-benar merasakan gelisah
dengan adanya keadaan putrinya yang menjanda dalam keadaan masih muda dan
beliau masih merasakan kesedihan dengan wafatnya menantunya yang dia adalah
seorang muhajir dan mujahid. Beliau mulai merasakan kesedihan setiap kali masuk
rumah melihat putrinya dalam keadaan berduka. Setelah berfikir panjang maka
Umar berkesimpulan untuk mencarikan suami untuk putrinya sehingga dia dapat
bergaul dengannya dan agar kebahagiaan yang telah hilang tatkala dia menjadi
seorang istri selama kurang lebih enam bulan dapat kembali.
Akhirnya pilihan Umar jatuh pada Abu
Bakar Ash Shidiq radhiallaahu ‘anhu orang yang paling dicintai Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena Abu Bakar dengan sifat tenggang rasa dan
kelembutannya dapat diharapkan membimbing Hafshoh yang mewarisi watak bapaknya
yakni bersemangat tinggi dan berwatak tegas. Maka segeralah Umar menemui Abu
Bakar dan menceritakan perihal Hafshoh berserta ujian yang menimpa dirinya
yakni berstatus janda. Sedangkan ash-Shiddiq memperhatikan dengan rasa iba dan
belas kasihan. Kemudian barulah Umar menawari Abu Bakar agar mau memperistri
putrinya. Dalam hatinya dia tidak ragu bahwa Abu Bakar mau menerima seorang
yang masih muda dan bertaqwa, putri dari seorang laki-laki yang dijadikan oleh
Allah penyebab untuk menguatkan Islam. Namun ternyata Abu Bakar tidak menjawab
apa-apa. Maka berpalinglah Umar dengan membawa kekecewaan hatinya yang
hampir-hampir dia tidak percaya (dengan sikap Abu Bakar). Kemudian dia
melangkahkan kakinya menuju rumah Utsman bin Affan yang mana ketika itu istri
beliau yang bernama Ruqqayah binti Rasulullah telah wafat karena sakit yang
dideritanya.
Umar menceritakan perihal putrinya
kepada Utsman dan menawari agar mau menikahi putrinya, namun beliau menjawab:
“Aku belum ingin menikah saat ini”. Semakin bertambahlah kesedihan Umar atas
penolakan Utsman tersebut setelah ditolak oleh Abu Bakar. Dan beliau merasa
malu untuk bertemu dengan salah seorang dari kedua shahabatnya tersebut padahal
mereka berdua adalah kawan karibnya dan teman kepercayaannya yang faham betul
tentang kedudukannya. Kemudian beliau menghadap Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wa sallam dan mengadukan keadaan dan sikap Abu Bakar maupun Utsman. Maka
tersenyumlah Rasulllah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata:
“Hafshoh akan dinikahi oleh orang
yang lebih baik dari Abu Bakar dan Utsman sedangkan Ustman akan menikahi wanita
yang lebih baik daripada Hafshoh (yaitu putri beliau Ummu Kultsum radhiallaahu
‘anha-red)”
Wajah Umar bin Khaththab berseri-seri
karena kemuliaan yang agung ini yang mana belum pernah terlintas dalam angan-angannya.
Hilanglah segala kesusahan hatinya, maka dengan segera dia menyampaikan kabar
gembira tersebut kepada setiap orang yang dicintainya sedangkan Abu Bakar
adalah orang yang pertama kali beliau temui. Maka tatkala Abu Bakar melihat
Umar dalam keadaan gembira dan suka cita maka beliau mengucapkan selamat kepada
Umar dan meminta maaf kepada Umar sambil berkata “janganlah engkau marah
kepadaku wahai Umar karena aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wa sallam menyebut-nyebut Hafshoh. Hanya saja aku tidak ingin membuka rahasia
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam; seandainya beliau menolak Hafshoh
maka pastilah aku akan menikahinya. Maka Madinah mendapat barokah dengan
indahnya pernikahan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan Hafshoh binti
Umar pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah. Begitu pula barokah dari
pernikahan Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum binti Muhammad Shallallaahu
‘alaihi wa sallam pada bulan Jumadil Akhir tahun ketiga Hijriyah juga.
Begitulah, Hafshoh bergabung dengan
istri-istri Rasulullah dan Ummahatul mukminin yang suci. Di dalam rumah tangga
Nubuwwah ada istri selain beliau yakni Saudah dan Aisyah. Maka tatkala ada
kecemburuan beliau mendekati Aisyah karena dia lebih pantas dan lebih layak
untuk cemburu. Beliau senantiasa mendekati dan mengalah dengan Aisyah mengikuti
pesan bapaknya (Umar) yang berkata: “Betapa kerdilnya engkau bila dibanding
dengan Aisyah dan betapa kerdilnya ayahmu ini apabila dibandingkan dengan
ayahnya”.
Hafshoh dan Aisyah pernah menyusahkan
Nabi, maka turunlah ayat :”Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka
sesungguhnya hati kamu berdua telah condong untuk menerima kebaikan dan jika
kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi,maka sesungguhnya Allah adalah
pelindungnya dan (begitu pula) Jibril” (Q.S. at-Tahrim: 4).
Telah diriwayatkan bahwa Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mentalak sekali untuk Hafshoh tatkala
Hafshoh dianggap menyusahkan Nabi namun beliau rujuk kembali dengan perintah
yang dibawa oleh Jibril ‘alaihissalam yang mana dia berkata:
“Dia adalah seorang wanita yang rajin
shaum, rajin shalat dan dia adalah istrimu di surga”.
Hafshoh pernah merasa bersalah karena
menyebabkan kesusahan dan penderitaan Nabi dengan menyebarkan rahasianya namun
akhirnya menjadi tenang setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
memaafkan beliau. Kemudian Hafshoh hidup bersama Nabi dengan hubungan yang
harmonis sebagai seorang istri bersama suaminya. Manakala Rasul yang mulia
menghadap ar-Rafiiq al-A’la dan Khalifah dipegang oleh Abu Bakar ash-Shiddiq,
maka Hafshoh- lah yang dipercaya diantara Ummahatul Mukminin termasuk Aisyah
didalamnya, untuk menjaga mushaf Al-Qur’an yang pertama.
Hafshoh radhiallaahu ‘anha mengisi
hidupnya sebagai seorang ahli ibadah dan ta’at kepada Allah, rajin shaum dan
juga shalat, satu-satunya orang yang dipercaya untuk menjaga keamanan dari
undang-undang umat ini, dan kitabnya yang paling utama yang sebagai mukjizat
yang kekal, sumber hukum yang lurus dan ‘aqidahnya yang utuh.
Ketika ayah beliau yang ketika itu adalah
Amirul mukminin merasakan dekatnya ajal setelah ditikam oleh Abu Lu’lu’ah
seorang Majusi pada bulan Dzulhijjah tahun 13 hijriyah, maka Hafshoh adalah
putri beliau yang mendapat wasiat yang beliau tinggalkan.
Hafshoh wafat pada masa Mu’awiyah bin
Abu Sufyan radhiallaahu ‘anhu setelah memberikan wasiat kepada saudaranya yang
bernama Abdullah dengan wasiat yang diwasiatkan oleh ayahnya radhiallaahu
‘anhu. Semoga Allah meridhai beliau karena beliau telah menjaga al-Qur’an al-
Karim, dan beliau adalah wanita yang disebut Jibril sebagai Shawwamah dan
Qawwamah (Wanita yang rajin shaum dan shalat) dan bahwa beliau adalah istri
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam di surga. Aamiin ..
Mashaallah betapa mulianya Hafshoh
dengan ketaqwaan dan beliau diberi kepercayaan untuk menjaga salah satu kitab
dan sumber hukum yang kekal, lurus dan aqidah yang utuh. Patut kita tauladani
juga betapa giatnya beliau dalam ibadah shalat dan ibadah shaum menjadikan
contoh yang baik untuk kita.
Semoga kisah ini bisa bermanfaat untukku,
untukmu dan untuk kita semua. Aamiin
http://www.alsofwah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar