Istri Umar
Bin Khatab Cerewet ?
Bismillahirrohmanirrohimm ..
Segala puji bagi Allah yang masih memberikan
kesempatan bagi saya untuk memberikan tulisan – tulisan di blog yang sederhana
ini, sholawat serta salam semoga tercurah pada Nabi dan Rasull tera khir kita
dan para keluarga serta para sahabat – sahabat, kita selaku umatnya.. Aamiin ..
Mungkin sudah sering mendengar dan baca tentunya kisah istri Khalifah Umar ini. Tapi alangkah baiknya jadi bahan renungan baca tuk ke dua kalinya .. :)
Sebuah renungan untuk para suami dan para
calon suami, dan untuk para istri dan para calon istrinya juga. Semoga
bermanfaat ^^
Seorang laki – laki tergesa – gesa menuju
kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia
ingin mengadu pada khalifah tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu
sampai didepan rumah khalifah, laki – laki itu tertegun. Dari dalam rumah
terdengar istri Umar sedang ngomel, marah – marah. Cerewetnya melebihi istri
yang akan diadukannya pada umar.
Tapi tak sepatah katapun terdengar keluhan
dari mulut khalifah. Umar diam saja mendengarkan istrinya yang sedang gundah.
Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang
disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel ? Mengapa ia
hanya mendengarkan , padahal diluar sana ia selalu tegas pada siapapun ?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istri
berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut ?
1.
Benteng Penjaga Api Neraka.
Kelemahan
laki – laki ada dimata. Jika ia tak bisa menundukan pandangannya niscaya panah
– panah setan berlesatan dari matanya. Membidik tubuh – tubuh elok
disekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak,
membangkitkan raksasan dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi
terpuasnya satu hal : syahwat adalah sang istri yang selalu berada disisi
menjadi lading bagi laki – laki untuk menyemai benih, menuai buah kemudian
hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan
azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan : dunia dan
akhirat. Maka kketika umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran
api, ia akan ingat pada istri. Pada penyelamat yang melindunginya dari liukan
indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan
yang sama lebih indah malah. Membawanya ke langit biu. Mecari naflambungkan
raga hingga langit ke tujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi
penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2.
Pemelihara Rumah.
Pagi hingga
sore suami bekerja, berpeluh terkadang sampai menjelang malam, Mengumpulkan harta. Setiap hari begitu. Ia
pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya.
Mendapatkan uang, beli ini beli itu, untunglah ada istri yang selalu menjaga.
Memelihara agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak
menguap sia – sia ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam tanpa
bayaran.
3.
Penjaga Penampilan.
Umunya laki
– laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap,
tubuh tambun malah suka baju bermotif besar, atasan dan bawahan sering tak
sepadan dan untunglah suami punya piƱata busana yang setiap pagi menyiapkan
pakaiannya. Memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri diwaktu
luang, menisik bila ada yang sobek. Suami tampil menawan adalah wujud
ketelatenan itri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecapakannya
itu.
4.
Pengasuh Anak – anak.
Suami
menyemai benih di lading istri, benih tumbuh mekar. Sembilan bulan istri
bersusah payah menggembirakan. Tak henti sampai disitu. Istri juga merawat
tunas agar tumbuh besar, kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan
sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu
suami maju kedepan, mengaku? Akulah yang membuatnya begitu ?
Baik
buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya.
Umar paham benar akan hal itu.
5.
Penyedia Hidangan.
Pulang
kerja, suami memikl lelah dibadan, energy terkuras beraktivitas diseharian. Ia
butuh asupan untuk mengembalikan energy. Di meja makan suami Cuma tahu ada
hidangan : ayam panggang kecap, sayuran, sambal terasi dan lalapan. Tak
terpikir olehnya harga ayam melambung tadi bagi istrinya sempat berdebat,
menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek
bumbu dan memilah –milah cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa
takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun
terkadang dengan jumlah berlebihan : menyisakan sedikit saja untuk istri si
juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami.
Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami. Dengan mengingat
lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek,
mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah
berusaha membentengginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga
penampilannya, mengasuh anak – anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk
segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah
lelah. Umar hanya mengingat kebaikan – kebaikan istri untuk menutupi segala
cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata – katanya,
barulah menasehati dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar
pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Akankah suami – suami masa kini
dapat mencontoh perilaku Umar ini? Ia tak hanya berhasil memimpin segara tapi juga
menjadi imam idaman bagi keluarganya.
Semoga bermanfaat bagi sahabat semua ^^
Sumber : http://www.facebook.com/?sk=events#!/note.php?note_id=122541397770228&id=100000655298876&ref=mf
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar