Jumat, 21 Desember 2012

.:LOVe:.


Istri Umar Bin Khatab Cerewet ?

Bismillahirrohmanirrohimm ..

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesempatan bagi saya untuk memberikan tulisan – tulisan di blog yang sederhana ini, sholawat serta salam semoga tercurah pada Nabi dan Rasull tera khir kita dan para keluarga serta para sahabat – sahabat, kita selaku umatnya.. Aamiin ..

Mungkin sudah sering mendengar dan baca tentunya kisah istri Khalifah Umar ini. Tapi alangkah baiknya jadi bahan renungan baca tuk ke dua kalinya .. :)
Sebuah renungan untuk para suami dan para calon suami, dan untuk para istri dan para calon istrinya juga. Semoga bermanfaat ^^


Seorang laki – laki tergesa – gesa menuju kediaman khalifah  Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai didepan rumah khalifah, laki – laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah – marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada umar.
Tapi tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel ? Mengapa ia hanya mendengarkan , padahal diluar sana ia selalu tegas pada siapapun ?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istri berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut ?


1.      Benteng Penjaga Api Neraka.

Kelemahan laki – laki ada dimata. Jika ia tak bisa menundukan pandangannya niscaya panah – panah setan berlesatan dari matanya. Membidik tubuh – tubuh elok disekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasan dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal : syahwat adalah sang istri yang selalu berada disisi menjadi lading bagi laki – laki untuk menyemai benih, menuai buah kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan : dunia dan akhirat. Maka kketika umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri. Pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama lebih indah malah. Membawanya ke langit biu. Mecari naflambungkan raga hingga langit ke tujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2.      Pemelihara Rumah.

Pagi hingga sore suami bekerja, berpeluh terkadang sampai menjelang malam,  Mengumpulkan harta. Setiap hari begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu, untunglah ada istri yang selalu menjaga. Memelihara agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia – sia ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam tanpa bayaran.

3.      Penjaga Penampilan.

Umunya laki – laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap, tubuh tambun malah suka baju bermotif besar, atasan dan bawahan sering tak sepadan dan untunglah suami punya piƱata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya. Memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri diwaktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami tampil menawan adalah wujud ketelatenan itri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecapakannya itu.

4.      Pengasuh Anak – anak.

Suami menyemai benih di lading istri, benih tumbuh mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah menggembirakan. Tak henti sampai disitu. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar, kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju kedepan, mengaku? Akulah yang membuatnya begitu ?
Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5.      Penyedia Hidangan.

Pulang kerja, suami memikl lelah dibadan, energy terkuras beraktivitas diseharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energy. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan : ayam panggang kecap, sayuran, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu dan memilah –milah cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan : menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami. Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentengginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak – anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah. Umar hanya mengingat kebaikan – kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata – katanya, barulah menasehati dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Akankah suami – suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini? Ia tak hanya berhasil memimpin segara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.

Semoga bermanfaat bagi sahabat semua ^^










-           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar